Cybergogy, Peeragogy & Heutagogy (Model dan Evaluasi Pembelajaran Sains)
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Perkenalkan nama saya Arys Rafiah, saat ini sebagai mahasiswa Magister Pendidikan IPA UNJA tahun 2023.
Di sini saya menulis review perkuliahan pertama MK Model dan Evaluasi Pembelajaran Sains yang dibimbing oleh Bapak Dr. Drs. Syamsurizal, M. Si.
Saat ini dalam dunia pendidikan tidak bisa lepas dari penggunaan teknologi. Ketika teknologi digunakan dengan benar, akan membawa dampak positif dalam dunia pendidikan dan kelangsungan pembelajaran di kelas. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran bagi peserta didik harus dengan pengawasan untuk menghindari dampak negatif dari teknologi itu sendiri.
Gambaran model pembelajaran saat ini dengan mengikuti kemajuan teknologi di dunia pendidikan diantaranya yaitu Cybergogy, Peeragogy, Heutagogy.
1. Cybergogy
Model cybergogy mengintegrasikan proses
kognitif, emosional, dan sosial dari pembelajaran online yang
terlibat. Pengajaran dan pembelajaran menggunakan kemudahan internet telah
memberikan banyak kelebihan kepada pengajar karena internet memberi ruang dan
peluang untuk menerka bahan rujukan utama dan tambahan, mudah memahami sesuatu
pembelajaran, dapat membuat ulang kaji sendiri dan berpengetahuan luas tentang
suatu topik.
2. Peeragogy
Peeragogy merupakan model pembelajaran
yang membiasakan peserta didik untuk terlatih fokus kerjasama dan mencipta
belajar bersama. Tak dapat dipungkiri, gadget yang kini digemari para
peserta didik semakin menjauhkan mereka dari lingkungan sosial. Peserta didik
menjadi sangat individual dan tak terbiasa belajar dengan teman sebaya.
Padahal, keterampilan abad 21 mensyaratkan kompetensi untuk mampu berkolaborasi
dengan individu lainnya. Kompetensi berkolaborasi ini perlu ditanamkan melalui pembelajaran peeragogy.
3. Heutagogy
Heutagogy merupakan model pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk memiliki keterampilan mengarahkan diri.
Pengembangan kemampuan self-directing ini begitu penting di
zaman multitasking ini. Tanpa kemampuan mengarahkan diri, peserta
diidk akan sangat mudah terganggu, terpengaruh, dan teralihkan oleh berbagai
konten dan games digital. Jika peserta didik tidak dilatih keterampilannya
untuk mengarahkan diri, mereka akan selalu terbuai dengan berbagai konten
informasi dan aplikasi yang membuat konsentrasi belajarnya terbagi. Hal ini
dapat membuat peserta didik memiliki pengetahuan dangkal, dan tak mampu
memahami suatu permasalahan secara komprehensif.
Di samping itu, pada diri manusia terdapat sembilan kecerdasan yang dapat dikembangkan, yaitu naturalis, bermusik, logika-matematis, eksistensial, interpersonal, intrapersonal, linguistik, kinestetik, dan spasial.
Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar