Desain Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Keterampilan Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran SAINS

Bismillahirrohmaanirrohim
Assalamu'alaykum warohmatullahi wabaraktuh

Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah proses dimana peserta didik pada berbagai tingkat kemampuan atau kinerja bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menuju tujuan bersama. Hal ini merupakan pembelajaran dengan cara pendekatan yang berpusat pada peserta didik yang berasal dari teori pembelajaran sosial dan perspektif sosio-konstruktivis mengenai pembelajaran.
Model pembelajaran kolaboratif ini memiliki berbagai model, diantaranya seperti yang disebutkan oleh Suryani pada tahun 2010 bahwa model pembelajaran kolaboratif mencakup:
  1. Number Heads Together (NHT)
    Pada model pembelajaran tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi.
  2. Team Game Tournament (TGT)
    Model pembelajaran TGT mirip dengan model pembelajaran STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan. Pada model pembelajaran ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil.
  3. Group investigation (GI)
    Dasar-dasar metode group investigation (investigasi kelompok) dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya dikembangkan oleh Sharan dan kawan-kawannya. Dibandingkan dengan model STAD dan Jigsaw, group investigation merupakan model pembelajaran yanglebih kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Pada model GI sejak awal siswa dilibatkan mulai dari tahap perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
  4. Academic constructive controversy
  5. Jigsaw procedure
    Pada model pembelajaran tipe Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson dan koleganya di Universitas Texas (Ibrahim dkk., 2000 dan Ratumanan, 2002). Dalam pembelajaran tipe jigsaw, siswa bekerja dalam kelompok seperti pada STAD. Siswa diberi materi untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi "ahli" atau "expert" pada suatu aspek tertentu dari materi. Setelah membaca dan mempelajari materi, tim ahli dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan mendiskusikan topik mereka dan kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assesmen yang lain pada semua topik yang diberikan.
  6. Student Team Achievement Division (STAD)
    Pada model pembelajaran tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberi tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya.
  7. Complex instruction
  8. Team accelerated instruction
    Tipe model pembelajaran ini sebenarnya adalah penggabungan dari pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran ini siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, kemudian dapat maju ke tahap selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatan belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna.
  9. Cooperative learning structure
  10. Cooperative integrated reading and composition.
    Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun dasar. CIRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut "kelompok membaca berbasis keterampilan". Pada model CRIC ini siswa berpasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari satu sama lain bagaimana membaca bermakna. dan keterampilan menulis melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk menunjukkan aktifitas pengembangan keterampilan bahasa. menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis.
Suryani juga mengungkapkan sejumlah keunggulan dengan penerapan pembelajaran kolaboratif, diantaranya sebagai berikut;
  • prestasi belajar lebih tinggi;
  • pemahaman lebih mendalam;
  • belajar lebih menyenangkan;
  • mengembangkan keterampilan kepemimpinan;
  • meningkatkan sikap positif;
  • meningkatkan harga diri;
  • belajar secara inklusif;
  • merasa saling memiliki;
  • mengembangkan keterampilan masa depan.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2012:65) adalah:
  1. menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
  2. menyajikan informasi
  3. mengorganisisr peserta didik dalam tim-tim belajar
  4. membantu kerja tim dan belajar
  5. mengevaluasi
  6. memberi pengakuan atau penghargaan
Contoh Penerapan TGT dalam Pembelajaran IPA kelas kecil

Wassalam..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Implementasi Model Pembelajaran Sains Berbasis Disrupsi Inovasi dan Kelemahan Model Kooperatif, Kolaboratf, Quantum Learning

Cybergogy, Peeragogy & Heutagogy (Model dan Evaluasi Pembelajaran Sains)

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)